Sebelum mengakhiri masa sekolah di SMAK Anda Luri, para peserta didik harus menempuh beberapa ujian. Salah satu ujian yang sangat menentukan kelulusan seorang siswa dari sekolah ini adalah ujian yang disebut Ujian Sekolah (US). Untuk Tahun Pelajaran 2013/2014, ujian ini berlangsung sejak tanggal 24 Februari sampai dengan tanggal 1 Maret 2014.
Soal-soal US untuk wilayah Kabupaten Sumba Timur disusun oleh para guru SMA se-Sumba Timur yang dipilih oleh para kepala sekolah untuk setiap pelajaran. Dari nilai US ini akan diambil 30 % untuk ditambahkan dengan nilai rata-rata raport 70%. Gabungan kedua nilai tersebut akan menghasilkan nilai sekolah. Nilai sekolah ini akan dihitung 40% yang kemudian digabungkan dengan nilai Ujian Nasional 60%. Nilai akhir inilah yang akan menentukan kelulusan seorang peserta didik. Seorang peserta didik tentu diharapkan dapat menyelesaikan masa sekolahnya karena ia memang mampu dan menguasai paling kurang kemampuan-kemampuan dasar yang penting dari pelajaran-pelajaran yang diterimanya selama masa sekolah. Praktek yang terjadi selama ini adalah bahwa sekolah-sekolah ingin meluluskan para siswanya dengan cara menaikkan nilai raport dan nilai ujian sekolah. Nilai sekolah yang tinggi akan memberikan kemungkinan besar untuk kelulusan siswa, walaupun nanti dalam ujian nasional siswa tersebut memperoleh nilai yang rendah sekali. Data dari beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa nilai sekolah dari para peserta didik di NTT menduduki posisi kelima dari seluruh propinsi di Indonesia. Namun sayang sekali, karena dalam ujian nasional Propinsi NTT menduduki posisi paling buncit, alias yang terakhir. Dari data itu diketahui besarnya kecenderungan sekolah-sekolah kita untuk mengatrol nilai ujian sekolahnya setinggi mungkin, sedangkan kemampuan untuk meraih hasil yang baik di ujian nasional masih sangat rendah. Sistem seperti ini tentu saja turut berkontribusi bagi rendahnya mutu pendidikan di tanah air kita. Rupanya baiklah untuk disimak apa yang dikatakan Gubernur Jakarta, Joko Widodo, ketika tahun lalu mengunjungi sekolah-sekolah yang sedang mengadakah ujian nasional di Propinsi DKI. Ia mengatakan, bahwa sebagai seorang pemimin di wilayah tersebut, ia sama sekali tidak mengejar target kelulusan dari sekolah-sekolah, tetapi yang paling penting adalah bahwa semua saja yang terlibat dalam ujian tersebut mampu menjalankannya dengan jujur dan akhirnya dapat mencerminkan kualitas para peserta didik yang mengikutinya. Relakah sekolah-sekolah kita untuk meluluskan peserta didiknya dengan tingkat kelulusan 50-70%, tetapi mereka yang lulus itu adalah peserta didik yang benar-benar layak untuk lulus, ataukah semuanya berupaya supaya sekolahnya meraih kelulusan 100%, tetapi mutu lulusannya sangat rendah?